DEFINISI
vitiligo adalah suatu kelainan didapat yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari.kelinan ini berupa makula berwarnaputih.
HISTOPATOLOGI
pada lesi yang baru, jumlah melanosit berkurang, sedang pada lesi yg sudah lama tidak terdapat melanosit dalam lapisan basal epidermis.
PENGOBATAN
secara umum, seseorang yang akan mengobati vitiligo perlu mengenal dan mengetahui beberapa hal, misalnya tentang sifat dan biologi sel melanosit. kemudian penderita harus diperiksa gula darah,karena mempuniayin insiden yang lebih tinggi pada DM.
Rabu, 29 Juli 2015
SKABIES
DEFINISI
skabies adalah penyakit menular yg disebabkan oleh sarcoptes scabiei varian horminis
DIAGNOSIS
1. adanya terowongan yang sedikit meninggi, bebrbentuk garis lurus atau berkelok-kelok
2.tempat yang khas adalah sela jari
3.penyembuhan cepat setelah pemberian obat antiskabies topikal
4. adanya gatal hebat
PENGOBATAN
1.sulfur
2.crotamiton
3. monosulfiran
4.malathion
5.permethrin
skabies adalah penyakit menular yg disebabkan oleh sarcoptes scabiei varian horminis
DIAGNOSIS
1. adanya terowongan yang sedikit meninggi, bebrbentuk garis lurus atau berkelok-kelok
2.tempat yang khas adalah sela jari
3.penyembuhan cepat setelah pemberian obat antiskabies topikal
4. adanya gatal hebat
PENGOBATAN
1.sulfur
2.crotamiton
3. monosulfiran
4.malathion
5.permethrin
PARONIKA
DEFINISI
paronika adalah inflamasi atau infeksi lipatan kulit disekeliling kuku. kelainan ini dibagi 2: paronikia akut dan paronikia kronik disebabkan oleh bakteri Candida Albicans.
ETIOLOGI
paronikia akut disebabkan oleh staphylocioccus aureus, sedangkan paronikia kronik disebabkan oleh Candida albicans.
MANIFESTASI KLINIK
paronikia aut sering terdapat sebagai pembengkakkan jaringan merah yang sakit atau abses sekitar dasar kuku. paronikia mengenai penderita semua golongan baik laki-laki maupun perempuan,terutama pada mereka yangpekerjaannya sering mencuci tangan atau kerja basah.
DIAGNOSIS
terdapat edema, rasa sakit, atau abses di satu atau lipatan kuku.
paronika adalah inflamasi atau infeksi lipatan kulit disekeliling kuku. kelainan ini dibagi 2: paronikia akut dan paronikia kronik disebabkan oleh bakteri Candida Albicans.
ETIOLOGI
paronikia akut disebabkan oleh staphylocioccus aureus, sedangkan paronikia kronik disebabkan oleh Candida albicans.
MANIFESTASI KLINIK
paronikia aut sering terdapat sebagai pembengkakkan jaringan merah yang sakit atau abses sekitar dasar kuku. paronikia mengenai penderita semua golongan baik laki-laki maupun perempuan,terutama pada mereka yangpekerjaannya sering mencuci tangan atau kerja basah.
DIAGNOSIS
terdapat edema, rasa sakit, atau abses di satu atau lipatan kuku.
SELULITIS
DEFINISI
selulitis adalah peradangan menjalar dan akut pada kulit, dan terutama mengenai jaringan subkutan yang lebih dalam.
ETIOLOGI
penyebab yang paling sering adalah streptococcus grup A
PENGOBATAN
-UMUM-
penderita sebaiknya dirawat untuk istirahat baring dengan meninggikan tungkai yang terkena
-KHUSUS-
berikan antibiotik per oral topikal. jika lesi basah, kompres dngan permanganas kalikus. jika kering olesi krim antibiotik.
selulitis adalah peradangan menjalar dan akut pada kulit, dan terutama mengenai jaringan subkutan yang lebih dalam.
ETIOLOGI
penyebab yang paling sering adalah streptococcus grup A
PENGOBATAN
-UMUM-
penderita sebaiknya dirawat untuk istirahat baring dengan meninggikan tungkai yang terkena
-KHUSUS-
berikan antibiotik per oral topikal. jika lesi basah, kompres dngan permanganas kalikus. jika kering olesi krim antibiotik.
PENYAKIT KUSTA
DEFINISI
Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman Myobacterium Leprae yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi.
MANIFESTASI KLINIK
- multipikasi dan diseminasi kuman M.Leprae
- respon imun penderita terhadap kuman M. Leprae
- komplikasi akibat kerusakan saraf perifer
TEMPAT PREDILEKSI
1. nervus auricularis magnus
2. nervus ulnaris
3. nervus medianus
4.nervus radialis
5. nervus tibialis posterior
Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman Myobacterium Leprae yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi.
MANIFESTASI KLINIK
- multipikasi dan diseminasi kuman M.Leprae
- respon imun penderita terhadap kuman M. Leprae
- komplikasi akibat kerusakan saraf perifer
TEMPAT PREDILEKSI
1. nervus auricularis magnus
2. nervus ulnaris
3. nervus medianus
4.nervus radialis
5. nervus tibialis posterior
KELAINAN PERKEMBANGAN KUKU
Terdapat empat bentuk kelainan perkembangan kuku dan beberapa bentuk lain yang klinik kurang penting. untuk penyakit ini tidak ada pengobatan spesifik dan hanya diberikan simtomatis.
1. Sindrom nail-patella
sindrom ini adalah suatu kelainan yang jafrang dijumpai,bersifat dominan autosomal, dan mengenai kuku dan patella. kelainannya pada kuku ibu jari yang kadang terjadi hipoplasia.
2. Pakionikia kongenita
suatu keadaan kongenital, dominan autosomal kuku menebal trutama bagian perifer membentukmirip baji dengan bagian distal palinh tebal.
3.Kelainan ektodermal kongenital
dibagi menjadi tipe anhidrotik, yang dominan resesif, dengan kelainan kuku ringan pada penderita, sedangkan yang hidrotik, berdsifat dominan autosomal.
4. Kuku karet
kelainan kongenital kuku yang sering dijumpai falang distal ibu jari yang pendek dari normal
5. Kelainan kuku yang lain;
a. familial clubbing
b. spoon nails
c. pelepasan kuku secara periodik
d. distrorsi kuku ibu jari kongenital
1. Sindrom nail-patella
sindrom ini adalah suatu kelainan yang jafrang dijumpai,bersifat dominan autosomal, dan mengenai kuku dan patella. kelainannya pada kuku ibu jari yang kadang terjadi hipoplasia.
2. Pakionikia kongenita
suatu keadaan kongenital, dominan autosomal kuku menebal trutama bagian perifer membentukmirip baji dengan bagian distal palinh tebal.
3.Kelainan ektodermal kongenital
dibagi menjadi tipe anhidrotik, yang dominan resesif, dengan kelainan kuku ringan pada penderita, sedangkan yang hidrotik, berdsifat dominan autosomal.
4. Kuku karet
kelainan kongenital kuku yang sering dijumpai falang distal ibu jari yang pendek dari normal
5. Kelainan kuku yang lain;
a. familial clubbing
b. spoon nails
c. pelepasan kuku secara periodik
d. distrorsi kuku ibu jari kongenital
KELAINAN RAMBUT
PENDAHULUAN
Rambut pada manusia meliputi seluruh tubuh, kecuali telapak tangan, telapak kaki,kuku dan bagian genitalia. pertumbuhan rambut manusia tidak kontinu, melainkan mengikuti suatu siklus beberapa faktor yg mempengaruhi pertumbuhan rambut manusia: faktor herediter, hormonal, metabolisme,nutrisi,vaskularisasi,dan obat-obatan.
Kebotakan dan penipisan rambut adalah gejala herediter, disamping efek hormon andogen. sebaliknya rambut pada aksila,muka,dan pubis dirangsang oleh hormon androgen. rambut lebih cepat tumbuh pada musim panas daripada dingin.
JENIS RAMBUT
1.Rambut anagen adalah rambut yang sedang tumbuh. mempunyai masa tumbuh 2-6 tahun, rata-rata 3 tahun.
2. Rambut katagen adalah frambut transisi antara fase ini pertumbuhan rambut akan terhenti dan pangkal rambut berubah karena bagian tengah akar rambut menyempit.
3. Rambut telogen adalah rambut dalam fase istirahat yang menetap untuk beberapa waktu sebelum terlepas atau gugur.
Rambut pada manusia meliputi seluruh tubuh, kecuali telapak tangan, telapak kaki,kuku dan bagian genitalia. pertumbuhan rambut manusia tidak kontinu, melainkan mengikuti suatu siklus beberapa faktor yg mempengaruhi pertumbuhan rambut manusia: faktor herediter, hormonal, metabolisme,nutrisi,vaskularisasi,dan obat-obatan.
Kebotakan dan penipisan rambut adalah gejala herediter, disamping efek hormon andogen. sebaliknya rambut pada aksila,muka,dan pubis dirangsang oleh hormon androgen. rambut lebih cepat tumbuh pada musim panas daripada dingin.
JENIS RAMBUT
1.Rambut anagen adalah rambut yang sedang tumbuh. mempunyai masa tumbuh 2-6 tahun, rata-rata 3 tahun.
2. Rambut katagen adalah frambut transisi antara fase ini pertumbuhan rambut akan terhenti dan pangkal rambut berubah karena bagian tengah akar rambut menyempit.
3. Rambut telogen adalah rambut dalam fase istirahat yang menetap untuk beberapa waktu sebelum terlepas atau gugur.
Kamis, 09 Juli 2015
KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER - PASIEN
Komunikasi efektif merupakan kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang dokter. Dokter harus menerapkan prinsip-prinsip komunikasi untuk menetapkan dan mempertahankan pengobatan lengkap dan hubungan dokter pasien yang etikal.
Juga menerapkan prinsip kerahasiaan, otonomi pasien, reaksi positif dan aspek pengobatan dalam hubungan pasien dokter , dalam hal anamnesis, konseling, penjelasan berbagai prosedur, negosiasi pembuatan keputusan dengan keluarga dan pendidikan pasien. Hubungan dokter-pasien dan keluarga yang baik sangat menunjang proses terapeutik.
Pasien dankeluarga dengan senang hati menyampaikan keluhan kepada dokter tanpa perasaan curiga. Dokter perlu memahami spiritulitas, kondisi kejiwaan dan budaya yang mempengaruhi konsep sehat, sakit keinginan untuk hidup penderita. Pasien yang berbeda memerlukan pendekatan yang berbeda. Pemahaman tentang hubungan interpersonal meningkatkan sensitifitas dokter dalam memandang penderitaan dari sudut pandang penderita dan mengembangkan sikap empati.
ANAMNESIS
Anamnesis berasal dari kata ana yang artinya hal-hal yang telah terjadi dan nesa artinya ingatan.Dibedakan 2 anamnesis yaitu :
1.Auto anamnesis yang berasal dari penderita sendiri
2.Allo anamnesis yang berasal dari orang lain seperti keluarga, polisi, penduduk lain.
Dikerjakan pada keadaan sebagai berikut:
- Pasien dengan penurunan atau perubahan kesadaran.
- Pasien bayi, anak-anak atau orang sangat tua
Anamnesis atau wawancara merupakan langkah pertama dalam tatacara kerja yang harus ditempuh untuk membuat diagnosis. Mengumpulkan riwayat penyakit yang lengkap merupakan langkah penting untuk mengerti dan memahami penderita yang sedang dihadapi. Mengambil riwayat merupakan bagian yang dapat dimengerti serta difahami oleh setiap penderita. Langkah tersebut perlu ditempuh untuk menegakkan diagnosis, tetapi mempunyai arti yang berbeda-beda dalam proses diagnostik.
Pasien datang ke dokter untuk meminta bantuan dalam mengatasi masalah yang dapat disebabkan oleh Disease(penyakitnya),Discomfort (rasatidak nyaman),Disability(ketidakmampuan),Dissatisfaction(ketidak puasan) dam Death(kematian). Mahasiswa harus belajar keterampilan untuk mendapatkan riwayat medis dari pasien sebelum menjadi dokter.
Riwayat medis pasien terdiri dari :
Identitas pasien :
Nama:
alamat:
umur:
jenis kelamin:
suku:
status kawin:
pekerjaan:
pendidikan terakhir:
- Keluhan utama:
- Keluhan tambahan:
- Riwayak penyakit terdahulu
- Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat kebiasaan
- Riwayat Gizi
- Riwayat Obat
- Riwayat sosial ekonomi
PENGAMBILAN DARAH VENA DAN KAPILER
Pengambilan darah di laboratorium sering diasumsikan dengan nama
flebotomi. Flebotomi (bahasa inggris : phlebotomy) berasal dari kata
Yunani phleb dan tomia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia
berarti mengiris/memotong (“cutting”). Dahulu dikenal istilah venasectie
(Belanda), venesection atau venisection (Inggris).
Jadi tidaklah tepat karena flebotomi sebenarnya diarahkan pengambilan darah dengan cara vena seksi (vena section) dan tidak sempit maknanya juga karena mencakup darah vena, kapiler dan darah arteri. Pengambilan darah umumnya yang diberikan kepada analis kesehatan hanya untuk memperoleh spesimen darah yang berasal dari vena dan kapiler, namun tidak masuk dalam kurikulum mata pelajaran khusus yang mandiri, tetapi melekat pada hematologi.
Jadi tidaklah tepat karena flebotomi sebenarnya diarahkan pengambilan darah dengan cara vena seksi (vena section) dan tidak sempit maknanya juga karena mencakup darah vena, kapiler dan darah arteri. Pengambilan darah umumnya yang diberikan kepada analis kesehatan hanya untuk memperoleh spesimen darah yang berasal dari vena dan kapiler, namun tidak masuk dalam kurikulum mata pelajaran khusus yang mandiri, tetapi melekat pada hematologi.
Hal
ini memberikan sinyal bahwa pengambilan darah hanya untuk membantu
analis kesehatan untuk memperoleh darah, bukan menjadi suatu keahlian
profesional. Umumnya praktek awal pengambilan darah menggunakan suatu
alat peraga phantom (suatu alat peraga yang dikondisikan mirip dengan
vena manusia) dan setiap orang dapat mencobanya. Pengambilan darah
selain bertujuan mengambil darah secara aman, juga harus memperhatikan
etika dalam berkomunikasi dengan pasien, oleh sebab itu perlunya
penjelasan petugas kepada pasien agar pasien merasa tenang saat akan
dilakukan pengambilan darah. Petugas pengambilan darah pun harus
menggunakan alat pelindung diri, agar terlindung dari resiko penularan
penyakit infeksi melalui darah.
Pengambilan Darah Kapiler
Cara ini digunakan bila jumlah darah yang digunakan atau dibutuhkan
sedikit yaitu kurang dari 0,5 ml darah. Biasanya digunakan hanya untuk
satu atau dua macam pemeriksaan saja. Misalnya hanya untuk hemoglobin,
hapusan darah, eritrosit atau hitung leukosit. Secara umum tidak ada
perbedaan yang bermakna antara darah kapiler dan darah vena sebagai
spesimen pemeriksaan hematologi, asalkan proses pengambilannya mengikuti
ketentuan yang baku dan tidak tercampur cairan jaringan atau alkohol
70% antiseptik.
Pengambilan darah kapiler diindikasikan pada pada keadaan tertentu,
seperti : neonatus, bayi prematur, luka bakar luas, gemuk, pasien dengan
kecenderungan trombosis dan pasien dengan gangguan darah perifer.
Gambar 1. Pengambilan darah kapiler menggunakan autoclix pada jari tangan.
ALAT DAN BAHAN:
1. Blood lancet atau Autoclix dan sebaiknya disposable pemakaiannya
(single use only) untuk menghindari penularan penyakit dan ketajaman
mata lancet tetap baik dan tajam. Kedua jenis alat ini cukup untuk
menembus kulit dengan kedalaman antara 1 – 3 mm.
2. Kapas atau tissue kering
3. Kapas Alkohol 70%
Lokalisasi
Tempat penusukan bisa dipilih dari ujung jari tangan, cuping telinga,
dan untuk bayi biasanya dari ujung jari kaki atau sisi lateral tumit.
Jangan menusuk pada bagian tangan bayi karena akan tertusuk tembus
hingga ke tulang sehingga akan menyebabkan kerusakan jaringan tulang
pada bayi. Dalamnya tusukkan maksimal 2,5 mm, karena bila melebihi pada
bayi akan terkena tulang kalkaneus. Tempat yang dipilih tidak boleh
terlihat adanya gangguan peredaran darah seperti cyanosis (kebiruan)
atau pucat.
CARAKERJA:
1. Tempat yang akan ditusuk harus diberi dengan antiseptik Alkohol 70%,
lalu dibiarkan kering. Dapat juga menggunakan antiseptik Tincture Iodium
1%
2. Kulit setempat ditegangkan dengan memijat antara dua jari
3. Penusukkan dilakukan dengan gerakkan yang cepat dan tepat sehingga
terjadi luka yang dalamnya 3 mm. Pada jari tusuklah dengan arah tegak
lurus pada garis – garis sidik jari kulit dan jangan sejajar. Bila
memakai anak daun telinga (cuping telinga), tusuklah pinggirnya, bukan
sisinya. Tusukkan harus cukup dalam supaya darah mengalir keluar dengan
mudah.
4. Tetesan darah pertama harus dihapus dengan kapas atau tissue bersih dan kering karena ini mungkin tercampur dengan alkohol.
5. Tetesan darah yang keluar selanjutnya dapat digunakan untuk pemeriksaan hematologi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
- Sebelum dilakukan penusukan harus diperhatikan tempat-tempat yang tidak boleh diambil yaitu adanya peradangan, bekas luka dermatitis, oedema. Pada penderita yang pucat atau Cyanosis perlu dipijat-pijat dan digosok-gosok atau direndam dalam air hangat dulu supaya peredaran darah setempat mejadi lebih baik.
- Penusukan pada ujung jari sebaiknya dilakukan pada sisi karena rasa nyeri berkurang.
- Jangan menekan atau memeras jari atau cuping telinga untuk mendapatkan darah yang cukup, darah yang diperas semacam ini bercampur dengan cairan jaringan dan menyebakan kesalahan dalam pemeriksaan.
- Pada cuping telinga yang tidak boleh diambil yaitu daerah yang dekat dengan anting, pada pengambilan darah pada cuping telinga tidak terlalu nyeri,
- Perlu diperhatikan kalau terjadi pendarahan pada cuping ini sukar untuk dihentikan oleh karena itu bagi penderita tersangka pendarahan tidak boleh dilakukan penusukan dicuping telinga.
KESULITAN
Bila kulit sekitar luka tak kering karena alkohol atau keringat, maka
tetesan darah yang keluar tak dapat mengumpul pada tempat itu, melainkan
segera menyebar disekitarnya, sehingga darah tidak dapat diperoleh
secara sempurna.
Pengambilan darah vena
Darah vena diperoleh dengan jalan punksi vena. Jarum yang digunakan
untuk menembus vena itu hendaknya cukup besar, sedangkan ujungnya harus
runcing , tajam dan lurus. Dianjurkan untuk memakai jarum dan semprit
yang disposable; semprit semacam itu biasanya dibuat dari semacam
plastik. Baik semprit maupun jarum hendaknya dibuang setelah dipakai,
janganlah disterilkan lagi guna pemakaian berulang.
Semprit yang banyak dipakai untuk pemeriksaan hematologi ialah yang
mempunyai volume 2 dan 5 ml. Dianjurkan pula menggunakan “jarum – jarum
steril“. Teknik pengambilan menggunakan tabung hampa (vacutainer,
venoject) yakni jarum yang diperlengkapi dengan tabung gelas hampa
udara; pada waktu melakukan pungsi vena, darah terisap ke dalam tabung
itu. Alat ini dapat digunakan 1 kali saja. Memakai jarum – tabung ini
ada keuntungan tambahan karena darah yang diperoleh dalam keadaan tidak
terkontaminasi.
Alat dan Reagensia :
1. Jarum dan semprit atau tabung vakum dilengkapi jarum dan holder.
Jarum harus cukup besar, ujungnya runcing, tajam dan lurus dan hendaknya dibuang setelah dipakai (dispossible).
2. Tourniquet
Bila tidak ada tourniquet dapat digunakan pembalut dari tensimeter atau selang karet yang lunak (lebar ± 5 cm).
3. Botol penampung darah
Kering dan tertutup, untuk keperluan mikrobiologi harus steril.
Volumenya tidak terlalu besar untuk jumlah darah yang akan ditampung dan
diberi label.
4. Kapas bersih beralkohol 70 % sebagai antiseptik
5. Bantalan
Sebagai pengganjal atau penopang tangan (jika diperlukan)
Lokalisasi
Vena yang cukup besar dan letaknya superficial (permukaan) merupakan
yang ideal sebagai vena yang akan ditusuk. Pada orang dewasa dapat
menggunakan : vena diffosa cubiti, vena cephalica, vena cephalica
mediana, vena basilica atau vena basilica mediana. Pada kondisi lain
dapat juga menggunakan vena pada tangan, dimana biasanya perawat
memasang infus, namun harus berhati – hati karena resiko tertusuk tulang
sangat besar. Anak-anak dan bayi bila mengalami kesulitan dapat
menggunakan vena Jugularis Externa (lebar), vena Femoralis (paha) dan
atau vena Sinus sagitalis Superior (kepala), namun harus berpengalaman
dan ahli dalam pengambilan darah.
CARA KERJA
1. Alat-alat yang diperlukan disiapkan di meja kerja.
2. Keadaan pasien diperiksa, diiusahakan pasien tenang begitu pula petugas pengambil darah (phlebotomis).
3. Ditentukan vena yang akan ditusuk, pada orang gemuk atau untuk vena yang tidak terlihat dibantu dengan palpasi (perabaan).
4. Daerah vena yang akan ditusuk diperhatikan dengan seksama terhadap
adanya peradangan, dermatitis atau bekas luka, karena mempengaruhi hasil
pemeriksaan.
5. Tempat penusukan beri antiseptik dengan Alkohol 70 % dan dibiarkan kering
6. Tourniquet dipasang pada lengan atas (bagian proximal lengan) 6 – 7 cm dari lipatan tangan.
7. Tegakkan kulit diatas vena dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak bergerak.
8. Dengan lubang jarum menghadap keatas, kulit ditusuk dengan sudut 45o –
60o sampai ujung jarum masuk lumen vena yang ditandai dengan
berkurangnya tekanan dan masuknya darah ke ujung plastik jarum.
9. Holder ditarik perlahan-lahan sampai volume darah yang diinginkan
apabila menggunakan syringe. Apabila menggunakan tabung vakum, tabung
diambil dan ditusukkan pada ujung lain dari jarum tadi, maka darah akan
masuk dengan sendirinya.
10. Torniquet dilepas pada lengan.
11. Kapas diletakkan diatas jarum dan ditekan sedikit dengan jari kiri, lalu jarum ditarik.
12. Pasien diinstruksikan untuk menekan kapas selama 1 menit pada tempat
tusukan. Setelah itu direkatkan kapas menggunakan plester.
13. Jarum ditutup lalu dilepaskan dari sempritnya, darah dimasukkan
kedalam botol penampung melalui dinding secara perlahan. Bila
menggunakan antikoagulan, segera perlahan-lahan dicampur. Untuk tabung
vakum segera dikocok perlahan untuk mencampurkan darah dengan zat aditif
didalamnya.
- Hal – hal yang perlu diperhatikan
1. Pastikan petugas telah menggunakan alat pelindung diri (APD) : jas
laboratorium, masker, sarung tangan karet dan penutup kepala.
2. Pasien yang takut harus ditenangkan dengan memberi penjelasan mengenai apa yang akan dilakukan, maksud beserta tujuannya.
3. Pada pasien anak, perlu di fiksasi tangannya dengan petugas lain agar tidak bergerak pada saat penusukan.
4. Vena yang kecil terlihat sebagai garis-garis biru biasanya sukar digunakan
5. Untuk vena yang tidak dapat ditentukan karena letaknya yang dalam, usaha coba-coba dilarang untuk dilakukan
6. Pembendungan yang terlalu lama jangan dilakukan karena dapat mengakibatkan hemokonsentrasi setempat.
7. Hematoma, yaitu keluarnya darah dibawah kulit dalam jaringan pada
kulit disekitar tusukkan akan terlihat berwarna biru, biasanya akan
terasa nyeri, perintahkan pasien untuk mengompresnya dengan air hangat
beberapa menit atau beberapa hari sampai sakitnya hilang.
PERALATAN PENGAMBILAN DARAH
Kode Warna Jarum
Jarum yang digunakan untuk pengambilan darah bermacam - macam ukurannya.
Untuk itu perlu diketahui dan dipilih jenis jarum yang akan digunakan
serta disesuaikan dengan volume yang akan diambil dan pasien yang akan
diambil darah. Semakin besar nomor jarum, maka semakin kecil diameter
lubang jarum. Kode warna jarum dapat dilihat pada plastik holder jarum
yang akan disambungkan dengan spuit/semprit/syringe atau tabung vakum.
Ukuran jarum dengan kode warna pada plastik holder.
Jarum no. 27 G dengan warna merah jambu berukuran paling kecil, diikuti
jarum No. 25 G warna kuning, jarum no. 24 G berwarna ungu, jarum no. 23 G
biru, jarum no. 22 berwarna hitam, jarum no. 21 berwarna hijau, jarum
no.20 kuning krim, jarum no.18 putih dan lainnya.
Untuk pemeriksaan hematologi biasanya digunakan jarum no. 21, 22 dan 23
pada orang dewasa dan anak, sedangkan pada bayi digunakan no.27 dan 25
G.
- Ukuran Syringe (Spuit/Semprit)
Syringe yang tersedia dipasaran beragam ukuran mulai 1 ml, 3 ml, 5 ml,
10 ml, hingga 20 ml. Untuk pemeriksaan hematologi idealnya menggunakan
syringe ukuran 1 ml, 3 ml dan 5 ml. Hal ini karena dalam pemeriksaan
hematologi tidak terlalu banyak menggunakan darah untuk pemeriksaan di
laboratorium.
HIPERSENSITIVITAS
Hipersensitivitas adalah suatu imun respon yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan sebagai akibat paparan (antigen) terhadap substrat yang sebenarnya secara intrinsik adalah tidak berbahaya.
Robert Coombs dan Philip HH Gell (1963) membagi reaksi ini menjadi 4 tipe berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi, yaitu tipe I, II, III dan IV.
Robert Coombs dan Philip HH Gell (1963) membagi reaksi ini menjadi 4 tipe berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi, yaitu tipe I, II, III dan IV.
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE I
Reaksi tipe I disebut juga reaksi cepat,
atau reaksi alergi, yang timbul kurang dari 1 jam sesudah tubuh terpajan
oleh alergen yang sama untuk kedua kalinya. Pada reaksi tipe ini, yang
berperan adalah antibodi IgE, sel mast ataupun basofil, dan sifat
genetik seseorang yang cendrung terkena alergi (atopi). Prosesnya adalah
sebagai berikut:
- Ketika suatu alergen masuk ke dalam tubuh, pertama kali ia akan terpajan oleh makrofag. Makrofag akan mempresentasikan epitop alergen tersebut ke permukaannya, sehingga makrofag bertindak sebagai antigen presenting cells (APC). APC akan mempresentasikan molekul MHC-II pada Sel limfosit Th2, dan sel Th2 mengeluarkan mediator IL-4 (interleukin-4) untuk menstimulasi sel B untuk berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel Plasma. Sel Plasma akan menghasilkan antibodi IgE dan IgE ini akan berikatan di reseptor FC-εR di sel Mast/basofil di jaringan. Ikatan ini mampu bertahan dalam beberapa minggu karena sifat khas IgE yang memiliki afinitas yang tinggi terhadap sel mast dan basofil. Ini merupakan mekanisme respon imun yang masih normal.
- Namun, ketika alergen yang sama kembali muncul, ia akan berikatan dengan IgE yang melekat di reseptor FC-εR sel Mast/basofil tadi. Perlekatan ini tersusun sedimikian rupa sehingga membuat semacam jembatan silang (crosslinking) antar dua IgE di permukaan (yaitu antar dua IgE yang bivalen atau multivalen, tidak bekerja jika igE ini univalen). Hal inilah yang akan menginduksi serangkaian mekanisme biokimiawi intraseluler secara kaskade, sehingga terjadi granulasi sel Mast/basofil. Degranulasi ini mengakibatkan pelepasan mediator-mediator alergik yang terkandung di dalam granulnya seperti histamin, heparnin, faktor kemotaktik eosinofil, dan platelet activating factor (PAF). Selain itu, peristiwa crosslinking tersebut ternyata juga merangsang sel Mast untuk membentuk substansi baru lainnya, seperti LTB4, LTC4, LTD4, prostaglandin dan tromboksan. Mediator utama yang dilepaskan oleh sel Mast ini diperkirakan adalah histamin, yang menyebabkan kontraksi otot polos, bronkokonstriksi, vasodilatasi pembuluh darah, peningkatan permeabilitas vaskular, edema pada mukosa dan hipersekresi.
Gejala yang ditimbulkan: bisa berupa urtikaria, asma, reaksi anafilaksis, angioedema dan alergi atopik.
REAKSI HIPERSENSITIFITAS TIPE II
Reaksi hipersensitifitas tipe II disebut
juga dengan reaksi sitotoksik, atau sitolisis. Reaksi ini melibatkan
antibodi IgG dan IgM yang bekerja pada antigen yang terdapat di permukaan sel atau jaringan tertentu.
Antigen yang berikatan di sel tertentu bisa berupa mikroba atau
molekul2 kecil lain (hapten). Ketika pertama kali datang, antigen
tersebut akan mensensitisasi sel B untuk menghasilkan antibodi IgG dan
IgM. Ketika terjadi pemaparan berikutnya oleh antigen yang sama di
permukaan sel sasaran, IgG dan IgM ini akan berikatan dengan antigen
tersebut. Ketika sel efektor (seperti makrofag, netrofil, monosit, sel T
cytotoxic ataupun sel NK) mendekat, kompleks antigen-antibodi di
permukaan sel sasaran tersebut akan dihancurkan olehnya. Hal ini mungkin
dapat menyebabkan kerusakan pada sel sasaran itu sendiri, sehingga
itulah kenapa reaksi ini disebut reaksi sitotoksik/sitolisis (sito=sel,
toksik=merusak, lisis=menghancurkan).
Prosesnya ada 3 jenis mekanisme yang mungkin, yaitu:
- Proses sitolisis oleh sel efektor. Antibodi IgG/IgM yang melekat dengan antigen sasaran, jika dihinggapi sel efektor, ia (antibodi) akan berinteraksi dengan reseptor Fc yang terdapat di permukaan sel efektor itu. Akibatnya, sel efektor melepaskan semacam zat toksik yang akan menginduksi kematian sel sasaran. Mekanisme ini disebut ADCC (Antibody Dependent Cellular Cytotoxicity).
- Proses sitolisis oleh komplemen. Kompleks antigen-antibodi di permukaan sel sasaran didatangi oleh komplemen C1qrs, berikatan dan merangsang terjadinya aktivasi komplemen jalur klasik yang akan berujung kepada kehancuran sel.
- proses sitolisis oleh sel efektor dengan bantuan komplemen. Komplemen C3b yang berikatan dengan antibodi akan berikatan di reseptor C3 pada pemukaan sel efektor. Hal ini akan meningkatkan proses sitolisis oleh sel efektor.
Keseluruhan reaksi di atas terjadi dalam waktu 5-8 jam setelah terpajan antigen yang sama untuk kedua kalinya.
Contoh penyakit yang ditimbulkan: Reaksi
transfusi, Rhesus Incompatibility, Mycoplasma pneumoniae related cold
agglutinins, Tiroiditis Hashimoto, Sindroma Goodpasture’s, Delayed
transplant graft rejection.
REAKSI HIPERSENSITIFITAS TIPE III
Reaksi hipersensitifitas tipe III ini mirip dengan tipe II, yang melibatkan antibodi IgG dan IgM, akan tetapi bekerja pada antigen yang terlarut dalam serum.
Prosesnya adalah sebagai berikut:
Seperti tipe yang lainnya, ketika antigen
pertama kali masuk, ia akan mensensitisasi pembentukan antibodi IgG dan
IgM yang spesifik. Ketika pemaparan berikutnya oleh antigen yang sama,
IgG dan IgM spesifik ini akan berikatan dengan antigen tersebut di dalam
serum membentuk ikatan antigen-antibodi kompleks. Kompleks ini akan
mengendap di salah satu tempat dalam jaringan tubuh (misalnya di endotel
pembuluh darah dan ekstraseluler) sehingga menimbulkan reaksi
inflamasi. Aktifitas komplemen pun akan aktif sehingga dihasilkanlah
mediator-mediator inflamasi seperti anafilatoksin, opsonin, kemotaksin,
adherens imun dan kinin yang memungkinkan makrofag/sel efektor datang
dan melisisnya. Akan tetapi, karena kompleks antigen antibodi ini
mengendap di jaringan, aktifitas sel efektor terhadapnya juga akan
merusak jaringan di sekitarnya tersebut. Inilah yang akan membuat
kerusakan dan menimbulkan gejala klinis, dimana keseluruhannya terjadi
dalam jangka waktu 2-8 jam setelah pemaparan antigen yang sama untuk
kedua kalinya.
Contoh penyakit yang ditimbulkan: Systemic Lupus
Erythematosus, Erythema Nodosum, Polyarteritis nodosa, Arthus Reaction,
Rheumatoid Arthritis, Elephantiasis (Wuchereria bancrofti reaction),
Serum Sickness.
REAKSI HIPERSENSITIFITAS TIPE IV
Reaksi hipersensitifitas tipe IV berbeda
dengan reaksi sebelumnya, karena reaksi ini tidak melibatkan antibodi
akan tetapi melibatkan sel-sel limfosit. Umumnya reaksi ini timbul lebih
dari 12 jam stelah pemaparan pada antigen, sehingga reaksi tipe ini
disebut reaksi hipersensitifitas tipe lambat. Antigen untuk reaksi ini
bisa berupa jaringan asing, mikroorganisme intraseluler (virus,
bakteri), protein, bahan kimia yang dapat menembus kulit, dan lain-lain.
Prosesnya secara umum adalah sebagai berikut:
Ketika tubuh terpajan alergen pertama
kali, ia akan dipresentasikan oleh sel dendritik ke limfonodus regional.
Disana ia akan mensensitasi sel Th untuk berproliferasi dan
berdiferensiasi menjadi sel DTH (Delayed Type Hypersensitivity). Bila
sel DTH yang disensitasi terpajan ulang dengan antigen yang sama, ia
akan melepas sitokin (berupa IFN-γ, TNF-β, IL-2,IL-3) yang akan menarik dan mengaktifkan makrofag
yang berfungsi sebagai sel efektor dalam reaksi hipersensitifitas.
Contoh penyakit yang ditimbulkan: reaksi tuberkulin, dermatitis kontak.
Selasa, 07 Juli 2015
MENGENALI PENYAKIT PARU-PARU BASAH
Paru paru basah sebenarnya tidak dikenal dalam dunia
medis, istilah ini hanya familiar bagi masyarakat awam. Istilah paru
paru basah dalam bahasa medis disebut pneumonia, yaitu infeksi satu atau
kedua paru-paru yang biasanya disebabkan oleh bakteri, virus, atau
jamur. Sebelum penemuan antibiotik, sepertiga dari semua orang yang
mengembangkan paru-paru basah kemudian meninggal dari infeksi. Saat ini,
Meskipun sebagian besar orang-orang yang terinfeksi penyakit paru paru
basah sembuh, kira-kira 5% diantaranya memiliki prognosis buruk yang
dapat berujung pada kematian. Paru-paru basah adalah penyebab utama
kematian keenam di Amerika Serikat.
Beberapa kasus paru paru basah
terjadi oleh karena menghirup tetesan kecil yang mengandung organisme
yang dapat menyebabkan pneumonia. Tetesan ini masuk ke udara ketika
seseorang terinfeksi dengan kuman melalui batuk atau bersin. Dalam kasus
lain, disebabkan ketika bakteri atau virus yang biasanya hadir di
mulut, tenggorokan, atau hidung tanpa sengaja memasuki paru. Biasanya,
respon refleks tubuh dan sistem kekebalan tubuh mereka akan mencegah
organisme disedot dari organisme penyebab paru-paru basah.
Setelah
organisme memasuki paru paru, mereka biasanya menetap di kantung udara
dan bagian-bagian dari paru-paru di mana mereka berkembang pesat
jumlahnya. Pada daerah ini paru paru kemudian menjadi terisi dengan
cairan dan nanah (sel-sel inflamasi tubuh) karena tubuh berusaha untuk
melawan infeksi.
GEJALA DAN TANDA
Kebanyakan orang yang mengalami gejala paru paru basah yang membuat
mereka pilek yang kemudian diikuti dengan demam tinggi, menggigil, dan
batuk dengan produksi dahak. Dahak biasanya berubah warna dan
kadang-kadang berdarah. Ketika infeksi mengendap di saluran udara, batuk
dan dahak cenderung mendominasi gejala.Dalam beberapa kasus paru paru basah, jaringan spons dari paru-paru yang mengandung kantung udara lebih terlibat. Dalam hal ini, oksigenasi dari darah dapat terganggu, yang menyebabkan paru-paru menjadi kaku sehingga menyebabkan sesak napas.
Hal ini dapat menyebabkan penderita berubah warna kulitnya menjadi kehitaman atau keunguan (kondisi yang dikenal sebagai “sianosis”) karena darah mereka yang kurang oksigen.
Nyeri dada pada penyakit paru-paru basah mungkin berkembang jika aspek-aspek luar dari paru-paru dekat dengan pleura (rongga pada paru-paru).
Nyeri ini biasanya tajam dan memburuk ketika mengambil napas dalam-dalam dan dikenal sebagai nyeri pleuritik atau pleuritis. Dalam kasus lain, gejala paru-paru basah tergantung pada organisme kausatif, ada yang dapat menjadikan onset gejala lambat dan lain sebagainya.
DISLIPIDEMIA
DISLIPIDEMIA ADALAH
Lipid merupakan istilah yang merujuk pada minyak atau lemak di dalam tubuh. Secara umum, lipid di dalam tubuh terdiri dari dua komponen utama, yakni kolesterol dan triglesirida. Trigleserida berasal dari pemecahan lemak dari makanan. Kadar trigleserida sangat bergantung pada makanan yang dikonsumsi. Sedangkan kolesterol adalah bentuk lemak yang berada dalam sirkulasi darah manusia.Terdapat dua jenis kolesterol utama, yakni kolesterol LDL yang merupakan kolesterol ‘jahat’ dan kolesterol HDL yang merupakan kolesterol ‘baik’. Dikatakan jahat karena LDL adalah bentuk kolesterol yang paling mudah menenpel pada pembuluh darah dan menyebabkan sumbatan pada penyakit jantung koroner. Sedangkan HDL merupakan kolesterol yang mengangkut lemak tubuh ke dalam hati untuk dipecah sehingga dikatakan kolesterol baik.
PENYEBAB
Penyebab dislipidemia dapat dibagi ke dalam dua kategori utama, yakni faktor lingkungan dan pola hidup, serta faktor keturunan.- Faktor lingkungan dan pola hidup
- Makanan makanan berlemak, goreng-gorengan
- Kegemukan (obesitas)
- Rokok
- Kurang aktivitas fisik
- Memiliki gangguan fungsi hati
- Gangguan penyerapan lemak
- Faktor keturunan.
PENGOBATAN
Yang pertama kali harus dilakukan ialah merubah pola hidup, meliputi- Hindari makanan yang banyak mengandung lemak, seperti goreng-gorengan dan lemak daging. Perbanyak konsumsi sayur dan buah;
- Olahraga secara teratur. Direkomendasikan olahraga ringan minimal tiga kali seminggu masing-masing selama 30 menit;
- Bagi penderita kegemukan (obesitas), dianjurkan melakukan diet sehat guna menurunkan berat badan;
- Berhenti merokok
Bila dengan pengaturan pola hidup target lemak masih belum tercapai maka diperlukan obat-obatan. Terdapat banyak obat-obatan untuk dislipidemia. Obat-obatan tersebut disesuaikan dengan komponen lemak mana yang tidak normal. Namun dari semua obat, obat yang sering digunakan di Indonesia ialah golongan statin. Obat ini dapat menurunkan LDL hingga 50%, menurunkan trigliserida 20%, dan juga meningkatkan HDL.
ARTRITIS GOUT (ASAM URAT)
Defenisi
Adalah suatu peradangan sendi sebagai
manifestasi dari akumulasi andapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di
dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat dalam urat
(hiperurisemia). Meskipun begitu,
tidak semua orang yang memiliki hiperurisemia adakah penderita artrhitis gout.
Artritis gout umumnya dijumpai pada laki-laki
dari semua usia, paling sering pada dekade kelima atau keenam, namun pada
perempuan umumnya dijumpai pada usia lanjut (lansia) atau sesudah menopause.
Faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya artritis gout antara lain:
penyakit komorbiditas seperti kegemukan, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan
diet tinggi purin serta konsumsi alkohol. Di samping itu obat-obatan tertentu
dapat menyebabkan penurunan ekskresi asam urat. (contohnya: obat diuretik yang
digunakan pada penderita sakit jantung atau pirazinamid yang digunakan pada
penderita TBC).
c)
Etiologi
Dalam keadaan normal, beberapa asam urat
(yang merupakan hasil pemecahan sel) ditemukan dalam darah karena tubuh terus
menerus memecahkan sel dan membentuk sel yang baru dan karena makanan yang
dikonsumsi mengandung cikal bakal asam urat. Kadar asam urat menjadi sangat
tinggi jika ginjal tidak dapat membuangnya melalui air kemih. Tubuh juga bisa
menghasilkan sejumlah besar asam urat karena adanya kelainan enzim yang
sifatnya diturunkan atau karena suatu penyakit (misalnya kanker darah), dimana
sel-sel berlipat ganda dan dihancurkan dalam waktu yang singkat. Beberapa jenis
penyakit ginjal dan obat-obatan tertentu mempengaruhi kemampuan ginjal untuk
membuang asam urat.
d)
Faktor Resiko
Selama
ini gout hanya dikaitkan dengan masalah diet dan konsumsi jenis obat
tertentu yang dapat menyebabkan
hiperurisemia, tetapi ternyata terdapat berbagai faktor lain yang dapat
meningkatkan risiko gout. Penggunaan diuretik thiazide, cyclosporine,
dan asam asetilsalisilat dosis rendah (<1 g per hari) dapat menyebabkan
hiperurisemia, sedangkan asam asetilsalisilat dosis tinggi (≥ 3 g per hari)
bersifat urikosurik. Faktor-faktor yang berkaitan dengan hiperurisemia dan asam
urat antara lain adalah: resistensi insulin, sindrom metabolik,
obesitas,insufisiensi ginjal, hipertensi, gagal jantung kongestif,
transplantasi organ.
Risiko
kejadian gout meningkat pada orang yang banyak mengonsumsi makanan
dengan kandungan purin tinggi (terutama daging dan makanan laut), etanol
(terutama alkohol), minuman ringan, dan fruktosa. Risiko kejadian gout menurun
pada mereka yang banyak mengonsumsi kopi, produk susu, dan vitamin C (yang
menurunkan kadar asam urat). Faktor pemicu untuk flare (eksaserbasi
akut) berulang meliputi penggunaan diuretik, konsumsi alkohol, menjalani rawat
inap, dan menjalani tindakan operasi. Terapi untuk menurunkan kadar asam urat
(misal: allopurinol) mungkin dapat memicu timbulnya serangan gout akut,
mungkin disebabkan oleh perpindahan asam urat yang disimpan dalam jaringan
tubuh (terjadi fluktuasi kadar asam urat).
Diagnosis
Untuk memudahkan penegakan diagnosis arthritis
gout akut, dapat digunakan kriteria dari ACR (American College of
Rheumatology) tahun 1977:
a. Ditemukannya
kristal urat di cairan sendi, atau
b. Adanya
tofus yang berisi kristal urat, atau
c.
Terdapat 6 dari 12 kriteria klinis,
laboratoris dan radiologis berikut :
1) Terdapat
lebih dari satu kali serangan arthritis akut
2) Inflamasi
maksimal terjadi dalam waktu satu hari
3) Arthritis
monoartikuler
4) Kemerahan
pada sendi
5) Bengkak
dan nyeri pada MTP-1
6) Artritis
unilateral yang melibatkan MTP-1
7) Artritis
unilateral yang melibatkan sendi tarsal
8) Kecurigaan
adanya tofus
9) Pembengkakan
sendi yang asimetris (radiologis)
10) Kista subkortikal tanpa erosi (radiologis)
11) Kultur
mikroorganisme negative pada cairan sendi.
MANIFESTASI PENYAKIT JANTUNG
Artikel ini memuat tentang gejala dari penyakit jantung, mari kenali gejala dan tanda tersebut.
Faktor-faktor Risiko Penyakit Jantung :
- Memasuki usia 45 tahun bagi pria.
- Sangat penting bagi kaum pria untuk menyadari kerentanan mereka dan mengambil tindakan positif untuk mencegah datangnya penyakit jantung.
- Bagi wanita, memasuki usia 55 tahun atau mengalami menopause dini (sebagai akibat operasi).
- Wanita mulai menyusul pria dalam hal risiko penyakit jantung setelah mengalami menopause.
- Riwayat penyakit jantung dalam keluarga. Riwayat serangan jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil kolesterol yang tidak normal.
- Diabetes. Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya level gula darah, namun karena kondisi komplikasi jantung mereka.
- Merokok. Resiko penyakit jantung dari merokok setara dengan 100 pon kelebihan berat badan - jadi tidak mungkin menyamakan keduanya.
- Tekanan darah tinggi (hipertensi).
- Kegemukan (obesitas). Obesitas tengah (perut buncit) adalah bentuk dari kegemukan. Walaupun semua orang gemuk cenderung memiliki risiko penyakit jantung, orang dengan obesitas tengah lebih-lebih lagi.
- Gaya hidup buruk. Gaya hidup yang buruk merupakan salah satu akar penyebab penyakit jantung - dan menggantinya dengan kegiatan fisik merupakan salah satu langkah paling radikal yang dapat diambil.
- Stress. Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa, bila menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi arithmias jantung yang membahayakan jiwa.
Gejala Penyakit Jantung
Gejala penyakit jantung untuk setiap orang biasa berbeda. Gejala penyakit jantung
dimulai dengan rasa sakit yang tidak jelas, rasa tidak nyaman yang
samar, atau rasa sesak dibagian tengah dada. Kadang, sebuah penyakit
jantung hanya menimbulkan rasa tidak nyaman yang ringan sekali sehingga
sering disalahartikan sebagai gangguan pencernaan, atau bahkan lepas
dari perhatian sama sekali. Dalam hal ini, satu-satunya cara yang
memungkinkan terdeteksinya sebuah penyakit jantung adalah ketika harus
menjalani pemeriksaan ECG untuk alasan lain yang mungkin tidak
berkaitan.
Dipihak lain, gejala penyakit jantung
menimbulkan rasa nyeri paling buruk yang pernah dialami - rasa sesak
yang luar biasa atau rasa terjepit pada dada, tenggorokan atau perut.
Bisa juga mengucurkan keringat panas atau dingin, kaki terasa sakit
sekali dan rasa ketakutan bahwa ajal sudah mendekat.
Juga
mungkin merasa lebih nyaman bila duduk dibanding bila berbaring dan
mungkin napas begitu sesak sehingga tidak bisa santai. Rasa mual dan
pusing bahkan sampai muntah, bahkan yang lebih parah yaitu ketika sampai
kolaps dan pingsan.
Ada beberapa gejala penyakit jantung yang lebih spesifik, antara lain:
- Nyeri. Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut iskemi), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan perasaan sesak di dada atau perasaan dada diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang yang mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan yang disebut silent ischemia).
- Sesak napas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru (kongesti pulmoner atau edema pulmoner).
- Kelelahan atau kepenatan. Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan.
- Palpitasi (jantung berdebar-debar)
- Pusing & pingsan. Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan pingsan.
HIPERTENSI
Tekanan darah tinggi atau hipertensi
telah menjadi penyakit yang umum bagi banyak orang saat ini, apalagi
bagi mereka yang tinggal di kawasan perkotaan. Tekanan darah tinggi atau
hipertensi menjadi salah satu faktor penyebab stroke, serangan jantung,
dan juga gagal ginjal. Dan akibat terburuk dari penyakit ini adalah
kematian. Karena itu, jika bisa, penyakit ini harus dicegah. Jika Anda
memiliki tekanan darah yang tinggi, Anda dapat mengendalikan penyakit
ini. Bagaimana cara mencegah dan mengendalikan darah tinggi atau hipertensi?
Dokter
akan melakukan pemeriksaan tekanan darah dengan menyuruh pasien duduk
atau berbaring, karena itu posisi terbaik untuk mengukur tekanan darah.
Lalu dokter biasanya akan mengikat kantung udara pada lengan kanan
kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera. Setelah itu, dilakukan
pengukuran tekanan darah. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut.
Apa yang dimaksud dengan tekanan darah? Tekanan darah yaitu tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya terdapat dua angka yang akan disebut oleh dokter. Misalnya dokter menyebut 140-90, maka artinya adalah 140/90 mmHg. Angka pertama (140) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung atau pada saat jantung berdenyut atau berdetak, dan disebut tekanan sistolik atau sering disebut tekanan atas. Angka kedua (90) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastolik atau sering juga disebut tekanan bawah.
Tekanan Darah
Sebelum membahas mengenai tekanan darah tinggi atau hipertensi, ada baiknya Anda mengenal terlebih dahulu tentang tekanan darah. Saat Anda melakukan pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis ke dokter, biasanya ada alat khusus yang digunakan oleh dokter untuk memeriksa tekanan darah. Alat untuk memeriksa tekanan darah disebut sphigmomanometer atau dikenal juga dengan tensimeter. Ada tensimeter digital dan ada juga tensimeter air raksa yang masih umum digunakan untuk pemeriksaan klinis.Memeriksa Tekanan Darah
Saat memeriksa tekanan darah, ada dua angka yang biasanya disebut misalnya 120/80. Apa yang dimaksud angka-angka tersebut?SistolikAngka pertama (120) yaitu tekanan darah sistolik, yaitu tekanan saat jantung berdenyut atau berdetak (sistol). Sering disebut tekanan atas. | |
DiastolikAngka kedua (80) yaitu tekanan darah diastolik, yaitu tekanan saat jantung beristirahat di antara saat pemompaan. Sering disebut tekanan bawah. | |
Apa yang dimaksud dengan tekanan darah? Tekanan darah yaitu tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya terdapat dua angka yang akan disebut oleh dokter. Misalnya dokter menyebut 140-90, maka artinya adalah 140/90 mmHg. Angka pertama (140) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung atau pada saat jantung berdenyut atau berdetak, dan disebut tekanan sistolik atau sering disebut tekanan atas. Angka kedua (90) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastolik atau sering juga disebut tekanan bawah.
Tekanan Darah | Sistolik (angka pertama) | Diastolik (angka kedua) |
Darah rendah atau hipotensi | Di bawah 90 | Di bawah 60 |
Normal | 90 - 120 | 60 - 80 |
Pre-hipertensi | 120 - 140 | 80 - 90 |
Darah tinggi atau hipertensi (stadium 1) | 140 - 160 | 90 - 100 |
Darah tinggi atau hipertensi (stadium 2 / berbahaya) | Di atas 160 | Di atas 100 |
Langganan:
Postingan (Atom)