Pengambilan darah di laboratorium sering diasumsikan dengan nama
flebotomi. Flebotomi (bahasa inggris : phlebotomy) berasal dari kata
Yunani phleb dan tomia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia
berarti mengiris/memotong (“cutting”). Dahulu dikenal istilah venasectie
(Belanda), venesection atau venisection (Inggris).
Jadi tidaklah tepat karena flebotomi sebenarnya diarahkan pengambilan darah dengan cara vena seksi (vena section) dan tidak sempit maknanya juga karena mencakup darah vena, kapiler dan darah arteri. Pengambilan darah umumnya yang diberikan kepada analis kesehatan hanya untuk memperoleh spesimen darah yang berasal dari vena dan kapiler, namun tidak masuk dalam kurikulum mata pelajaran khusus yang mandiri, tetapi melekat pada hematologi.
Jadi tidaklah tepat karena flebotomi sebenarnya diarahkan pengambilan darah dengan cara vena seksi (vena section) dan tidak sempit maknanya juga karena mencakup darah vena, kapiler dan darah arteri. Pengambilan darah umumnya yang diberikan kepada analis kesehatan hanya untuk memperoleh spesimen darah yang berasal dari vena dan kapiler, namun tidak masuk dalam kurikulum mata pelajaran khusus yang mandiri, tetapi melekat pada hematologi.
Hal
ini memberikan sinyal bahwa pengambilan darah hanya untuk membantu
analis kesehatan untuk memperoleh darah, bukan menjadi suatu keahlian
profesional. Umumnya praktek awal pengambilan darah menggunakan suatu
alat peraga phantom (suatu alat peraga yang dikondisikan mirip dengan
vena manusia) dan setiap orang dapat mencobanya. Pengambilan darah
selain bertujuan mengambil darah secara aman, juga harus memperhatikan
etika dalam berkomunikasi dengan pasien, oleh sebab itu perlunya
penjelasan petugas kepada pasien agar pasien merasa tenang saat akan
dilakukan pengambilan darah. Petugas pengambilan darah pun harus
menggunakan alat pelindung diri, agar terlindung dari resiko penularan
penyakit infeksi melalui darah.
Pengambilan Darah Kapiler
Cara ini digunakan bila jumlah darah yang digunakan atau dibutuhkan
sedikit yaitu kurang dari 0,5 ml darah. Biasanya digunakan hanya untuk
satu atau dua macam pemeriksaan saja. Misalnya hanya untuk hemoglobin,
hapusan darah, eritrosit atau hitung leukosit. Secara umum tidak ada
perbedaan yang bermakna antara darah kapiler dan darah vena sebagai
spesimen pemeriksaan hematologi, asalkan proses pengambilannya mengikuti
ketentuan yang baku dan tidak tercampur cairan jaringan atau alkohol
70% antiseptik.
Pengambilan darah kapiler diindikasikan pada pada keadaan tertentu,
seperti : neonatus, bayi prematur, luka bakar luas, gemuk, pasien dengan
kecenderungan trombosis dan pasien dengan gangguan darah perifer.
Gambar 1. Pengambilan darah kapiler menggunakan autoclix pada jari tangan.
ALAT DAN BAHAN:
1. Blood lancet atau Autoclix dan sebaiknya disposable pemakaiannya
(single use only) untuk menghindari penularan penyakit dan ketajaman
mata lancet tetap baik dan tajam. Kedua jenis alat ini cukup untuk
menembus kulit dengan kedalaman antara 1 – 3 mm.
2. Kapas atau tissue kering
3. Kapas Alkohol 70%
Lokalisasi
Tempat penusukan bisa dipilih dari ujung jari tangan, cuping telinga,
dan untuk bayi biasanya dari ujung jari kaki atau sisi lateral tumit.
Jangan menusuk pada bagian tangan bayi karena akan tertusuk tembus
hingga ke tulang sehingga akan menyebabkan kerusakan jaringan tulang
pada bayi. Dalamnya tusukkan maksimal 2,5 mm, karena bila melebihi pada
bayi akan terkena tulang kalkaneus. Tempat yang dipilih tidak boleh
terlihat adanya gangguan peredaran darah seperti cyanosis (kebiruan)
atau pucat.
CARAKERJA:
1. Tempat yang akan ditusuk harus diberi dengan antiseptik Alkohol 70%,
lalu dibiarkan kering. Dapat juga menggunakan antiseptik Tincture Iodium
1%
2. Kulit setempat ditegangkan dengan memijat antara dua jari
3. Penusukkan dilakukan dengan gerakkan yang cepat dan tepat sehingga
terjadi luka yang dalamnya 3 mm. Pada jari tusuklah dengan arah tegak
lurus pada garis – garis sidik jari kulit dan jangan sejajar. Bila
memakai anak daun telinga (cuping telinga), tusuklah pinggirnya, bukan
sisinya. Tusukkan harus cukup dalam supaya darah mengalir keluar dengan
mudah.
4. Tetesan darah pertama harus dihapus dengan kapas atau tissue bersih dan kering karena ini mungkin tercampur dengan alkohol.
5. Tetesan darah yang keluar selanjutnya dapat digunakan untuk pemeriksaan hematologi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
- Sebelum dilakukan penusukan harus diperhatikan tempat-tempat yang tidak boleh diambil yaitu adanya peradangan, bekas luka dermatitis, oedema. Pada penderita yang pucat atau Cyanosis perlu dipijat-pijat dan digosok-gosok atau direndam dalam air hangat dulu supaya peredaran darah setempat mejadi lebih baik.
- Penusukan pada ujung jari sebaiknya dilakukan pada sisi karena rasa nyeri berkurang.
- Jangan menekan atau memeras jari atau cuping telinga untuk mendapatkan darah yang cukup, darah yang diperas semacam ini bercampur dengan cairan jaringan dan menyebakan kesalahan dalam pemeriksaan.
- Pada cuping telinga yang tidak boleh diambil yaitu daerah yang dekat dengan anting, pada pengambilan darah pada cuping telinga tidak terlalu nyeri,
- Perlu diperhatikan kalau terjadi pendarahan pada cuping ini sukar untuk dihentikan oleh karena itu bagi penderita tersangka pendarahan tidak boleh dilakukan penusukan dicuping telinga.
KESULITAN
Bila kulit sekitar luka tak kering karena alkohol atau keringat, maka
tetesan darah yang keluar tak dapat mengumpul pada tempat itu, melainkan
segera menyebar disekitarnya, sehingga darah tidak dapat diperoleh
secara sempurna.
Pengambilan darah vena
Darah vena diperoleh dengan jalan punksi vena. Jarum yang digunakan
untuk menembus vena itu hendaknya cukup besar, sedangkan ujungnya harus
runcing , tajam dan lurus. Dianjurkan untuk memakai jarum dan semprit
yang disposable; semprit semacam itu biasanya dibuat dari semacam
plastik. Baik semprit maupun jarum hendaknya dibuang setelah dipakai,
janganlah disterilkan lagi guna pemakaian berulang.
Semprit yang banyak dipakai untuk pemeriksaan hematologi ialah yang
mempunyai volume 2 dan 5 ml. Dianjurkan pula menggunakan “jarum – jarum
steril“. Teknik pengambilan menggunakan tabung hampa (vacutainer,
venoject) yakni jarum yang diperlengkapi dengan tabung gelas hampa
udara; pada waktu melakukan pungsi vena, darah terisap ke dalam tabung
itu. Alat ini dapat digunakan 1 kali saja. Memakai jarum – tabung ini
ada keuntungan tambahan karena darah yang diperoleh dalam keadaan tidak
terkontaminasi.
Alat dan Reagensia :
1. Jarum dan semprit atau tabung vakum dilengkapi jarum dan holder.
Jarum harus cukup besar, ujungnya runcing, tajam dan lurus dan hendaknya dibuang setelah dipakai (dispossible).
2. Tourniquet
Bila tidak ada tourniquet dapat digunakan pembalut dari tensimeter atau selang karet yang lunak (lebar ± 5 cm).
3. Botol penampung darah
Kering dan tertutup, untuk keperluan mikrobiologi harus steril.
Volumenya tidak terlalu besar untuk jumlah darah yang akan ditampung dan
diberi label.
4. Kapas bersih beralkohol 70 % sebagai antiseptik
5. Bantalan
Sebagai pengganjal atau penopang tangan (jika diperlukan)
Lokalisasi
Vena yang cukup besar dan letaknya superficial (permukaan) merupakan
yang ideal sebagai vena yang akan ditusuk. Pada orang dewasa dapat
menggunakan : vena diffosa cubiti, vena cephalica, vena cephalica
mediana, vena basilica atau vena basilica mediana. Pada kondisi lain
dapat juga menggunakan vena pada tangan, dimana biasanya perawat
memasang infus, namun harus berhati – hati karena resiko tertusuk tulang
sangat besar. Anak-anak dan bayi bila mengalami kesulitan dapat
menggunakan vena Jugularis Externa (lebar), vena Femoralis (paha) dan
atau vena Sinus sagitalis Superior (kepala), namun harus berpengalaman
dan ahli dalam pengambilan darah.
CARA KERJA
1. Alat-alat yang diperlukan disiapkan di meja kerja.
2. Keadaan pasien diperiksa, diiusahakan pasien tenang begitu pula petugas pengambil darah (phlebotomis).
3. Ditentukan vena yang akan ditusuk, pada orang gemuk atau untuk vena yang tidak terlihat dibantu dengan palpasi (perabaan).
4. Daerah vena yang akan ditusuk diperhatikan dengan seksama terhadap
adanya peradangan, dermatitis atau bekas luka, karena mempengaruhi hasil
pemeriksaan.
5. Tempat penusukan beri antiseptik dengan Alkohol 70 % dan dibiarkan kering
6. Tourniquet dipasang pada lengan atas (bagian proximal lengan) 6 – 7 cm dari lipatan tangan.
7. Tegakkan kulit diatas vena dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak bergerak.
8. Dengan lubang jarum menghadap keatas, kulit ditusuk dengan sudut 45o –
60o sampai ujung jarum masuk lumen vena yang ditandai dengan
berkurangnya tekanan dan masuknya darah ke ujung plastik jarum.
9. Holder ditarik perlahan-lahan sampai volume darah yang diinginkan
apabila menggunakan syringe. Apabila menggunakan tabung vakum, tabung
diambil dan ditusukkan pada ujung lain dari jarum tadi, maka darah akan
masuk dengan sendirinya.
10. Torniquet dilepas pada lengan.
11. Kapas diletakkan diatas jarum dan ditekan sedikit dengan jari kiri, lalu jarum ditarik.
12. Pasien diinstruksikan untuk menekan kapas selama 1 menit pada tempat
tusukan. Setelah itu direkatkan kapas menggunakan plester.
13. Jarum ditutup lalu dilepaskan dari sempritnya, darah dimasukkan
kedalam botol penampung melalui dinding secara perlahan. Bila
menggunakan antikoagulan, segera perlahan-lahan dicampur. Untuk tabung
vakum segera dikocok perlahan untuk mencampurkan darah dengan zat aditif
didalamnya.
- Hal – hal yang perlu diperhatikan
1. Pastikan petugas telah menggunakan alat pelindung diri (APD) : jas
laboratorium, masker, sarung tangan karet dan penutup kepala.
2. Pasien yang takut harus ditenangkan dengan memberi penjelasan mengenai apa yang akan dilakukan, maksud beserta tujuannya.
3. Pada pasien anak, perlu di fiksasi tangannya dengan petugas lain agar tidak bergerak pada saat penusukan.
4. Vena yang kecil terlihat sebagai garis-garis biru biasanya sukar digunakan
5. Untuk vena yang tidak dapat ditentukan karena letaknya yang dalam, usaha coba-coba dilarang untuk dilakukan
6. Pembendungan yang terlalu lama jangan dilakukan karena dapat mengakibatkan hemokonsentrasi setempat.
7. Hematoma, yaitu keluarnya darah dibawah kulit dalam jaringan pada
kulit disekitar tusukkan akan terlihat berwarna biru, biasanya akan
terasa nyeri, perintahkan pasien untuk mengompresnya dengan air hangat
beberapa menit atau beberapa hari sampai sakitnya hilang.
PERALATAN PENGAMBILAN DARAH
Kode Warna Jarum
Jarum yang digunakan untuk pengambilan darah bermacam - macam ukurannya.
Untuk itu perlu diketahui dan dipilih jenis jarum yang akan digunakan
serta disesuaikan dengan volume yang akan diambil dan pasien yang akan
diambil darah. Semakin besar nomor jarum, maka semakin kecil diameter
lubang jarum. Kode warna jarum dapat dilihat pada plastik holder jarum
yang akan disambungkan dengan spuit/semprit/syringe atau tabung vakum.
Ukuran jarum dengan kode warna pada plastik holder.
Jarum no. 27 G dengan warna merah jambu berukuran paling kecil, diikuti
jarum No. 25 G warna kuning, jarum no. 24 G berwarna ungu, jarum no. 23 G
biru, jarum no. 22 berwarna hitam, jarum no. 21 berwarna hijau, jarum
no.20 kuning krim, jarum no.18 putih dan lainnya.
Untuk pemeriksaan hematologi biasanya digunakan jarum no. 21, 22 dan 23
pada orang dewasa dan anak, sedangkan pada bayi digunakan no.27 dan 25
G.
- Ukuran Syringe (Spuit/Semprit)
Syringe yang tersedia dipasaran beragam ukuran mulai 1 ml, 3 ml, 5 ml,
10 ml, hingga 20 ml. Untuk pemeriksaan hematologi idealnya menggunakan
syringe ukuran 1 ml, 3 ml dan 5 ml. Hal ini karena dalam pemeriksaan
hematologi tidak terlalu banyak menggunakan darah untuk pemeriksaan di
laboratorium.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar